PEKANBARU (RA) - Mendidik anak di era global bukan lagi perkara mudah, sebagaimana yang dikatakan Mohammad Nuh dalam pidatonya yang mengupas tentang bangkitnya generasi emas Indonesia dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional 2012 lalu, bahwa pada periode 2010-2035, Indonesia memiliki potensi sumber daya manusia berupa populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa. Jika kesempatan emas yang baru pertama kalinya terjadi sejak Indonesia Merdeka tersebut dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, maka Indonesia akan mengalami kesuksesan di era mendatang. Sementara tantangan SDM Global saat ini yakni perubahan cepat dan intens, Indonesia menjadi target pada 2025 masuk 10 besar sebagai negara berpenghasilan tinggi di dunia.
Untuk meraih hal ini, diperlukan SDM yang handal, guna menciptakan SDM handal ini, seorang Psikolog lulusan Universitas Indonesia (UI) yang juga direktur utama Personal Growth Counselling and Development Center, yakni lembaga konseling dan pengembangan diri di Jakarta, Dra Ratih Ibrahim MM Psikolog memberikan tips untuk menciptakan SDM handal ini dengan membentuk orangtua yang tergolong dalam konsep 5K, (Kasih, Konsekuen, Konsisten, Kompak, dan Kompromi).
"Hal ini penting, kasih adalah modal utama yang sangat penting sekaligus dasar, dengan kasih keluarga akan solid dan sehat, relasi antara suami dan istri juga semakin baik, keluarga akan menyenangkan dan aman, pendidikan dan pengasuhan akan baik, dengan demikian anak-anak akan bertumbuh baik. Konsekuen juga penting, dengan cara menepati janji dan menepati ucapan sendiri, baik kepada suami maupun anak," kata Ratih dalam Talkshow Mendidik Anak Hebat di Era Global yang diselenggarakan Perinasia Pekanbaru di Hotel Pangeran Pekanbaru, Ahad (04/11/2012).
Dalam talkshow yang diikuti ratusan ibu dari Pekanbaru ini, Ratih memaparkan juga materi menciptakan anak yang life ready. Anak life ready umumnya akan mampu menerima diri dan yakin akan kemampuan dirinya, memiliki tujuan yang jelas dan fokus, tidak mudah menyerah, dan memiliki relasi yang baik dengan lingkungan.
Jika dirumuskan, indikator anak yang life ready yaitu, berjiwa pemimpin, kreatif, mudah bergaul, percaya diri, dan sehat. Hal ini bisa dilihat sesuai dengan tahap perkembangan dalam usia emas, 1 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun.
"Untuk anak yang life ready diperlukan parents ready, karakteristik parents ready yakni menjadikan anak subjek penerapan pendidikan dan pengasuhan yang benar, mampu berkomunikasi dengan anak, memahami proses tumbuh kembang anak dengan mengupayakan apa yang diperlukan anak, memantau dan memberikan pola asuh dengan penuh kasih sayang, mampu merespon kemajuan sarana teknologi dan informasi, keterpaparan anak dengan program komputer, internet, gadget, serta upaya mengantisipasi pengaruh negatif, mampu menyiapkan dan memilih sekolah yang tepat bagi anaknya serta lingkungan belajar yang aman di rumah bagi anak, mampu mengelola keuangan rumah tangga, mampu menjadi good role model, memelihara kesehatan fisik dan mental, serta mengelola relasi yang harmonis dengan pasangan, mampu menyeimbangkan karier dan keluarga, serta bila ada masalah dalam menyiapkan anak life-ready, tidak segan berdiskusi dengan para pakar," paparnya.
Menurut Head of Medical dan Nutrition PT Nestle Indonesia, dr Ray Basrowi dan Nutrition Advisor Dairy PT Nestle Indonesia, Mifta Novikasari, untuk menciptakan anak life ready, parent ready juga perlu memahami konsep gizi seimbang. Mulai dari seimbang dalam jenis, jumlah, maupun dalam jadwal atau 3J.
"Penting juga meminum susu, karena susu merupakan minuman padat gizi, sumber kalsium, nutrisi penting seperti asam lemak esensial, probiotik dan prebiotik. Susu pertumbuhan diformulasikan untuk membantu dan memenuhi gizi harian di usia pertumbuhan, mendukung pertumbuhan anak, membantu memberi manfaat proteksi, menjaga kesehatan saluran cerna, dan meningkatkan daya tahan tubuh," paparnya.
Seorang peserta talkshow, Fitri Eni yang menanyakan tentang anaknya yang subur. Saat ini, umur anaknya 8 tahun dan duduk di kelas 4 SD. Sangat mengejutkan, anak 8 tahun tersebut berat badannya sudah 42 Kg. Fitri Eni merasa ragu untuk memberikan tambahan susui kepada anaknya yang dirasa sudah obesitas tersebut. Menanggapi hal ini, dr Ray mengatakan, untuk menciptakan anak yang sehat diperlukan nutrisi dan stimulus yang baik.
"Namun, melihat kondisi anak ibu seperti yang tadi diceritakan, itu sudah ada tanda-tanda obesitas maka segera periksakan ke dokter. Pola makannya juga diatur dengan baik, susu itu sebagai pelengkap saja kalau sudah 1 tahun jadwal pemberian susunya dikurangi," tuturnya. (RA1)